keutamaan syam
Keutamaan Syam
Ma’al Hadîts asy-Syarîf: Keutamaan Syam
Segala puji hanya milik Allah, yang memuliakan siapa saja yang
menaati-Nya, yang menghinakan siapa saja mendurhakai-Nya. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan kecuali Dia semata, tidak ada yang menyekutukan-Nya,
Tuhan Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa; tiada Tuhan kecuali Dia, Tuhan
Yang Maha Suci, Pencipta langit dan bumi, dan penguasa di hari kiamat.
Kami benar-benar mengagungkan-Nya, mensucikan-Nya, dan memuji-Nya yang
sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Amma ba’du.
Sebaik –
baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad Saw. Sedangkan seburuk – buruk perkara adalah
perkara-perkara baru yang dibuat-buat, dan setiap perkara baru yang
dibuat-buat adalah bid’ah. Sementara setiap bid’ah adalah kesesatan, dan
setiap kesesatan—akan membawanya ke—dalam neraka.
Dari Salamah bin Nufail ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Pusat negara kaum Mukmin adalah di Syam.” (HR. ath-Thabrani).
Telah berbicara kepada kami al-Hakam bin Nafi’: telah berbicara kepada
kami Ismail bin Ayyas, dari Ibrahim bin Sulaiman, dari al-Walid bin
Abdurrahman al-Jurasyi, dari Jubair bin Nufair bahwa Salamah bin Nufail
menceritakan dirinya yang datang menemui Nabi Saw dan berkata: “Aku
bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah
ditinggalkan para pengusungnya. Jadi, tak ada lagi perang.” Nabi Saw
bersabda: “Sekarang telah tiba saat berperang. Ingat, akan selalu ada
satu kelompok di tengah umatku yang unggul melawan musuh-musuhnya, Allah
sesatkan hati-hati banyak kalangan untuk kemudian kelompok tersebut
memerangi mereka, dan Allah akan memberi rizki dari mereka (berupa
ghanimah) hingga datang keputusan Allah (Kiamat) dan mereka akan selalu
demikian adanya. Ketahuilah, pusat negara Islam adalah Syam. Kuda perang
terpasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan itu membawa
kebaikan hingga datangnya Kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Mari kita
bangun kembali sikap untuk meraih buah baru yang akan kami petik,
rangkaian baru dari rangkaian hadits-haditsnya yang harum, agar kita
memperoleh nasihat, pelajaran, hikmah dan tanda-tanda kekuasaan Allah
darinya. Ini adalah amanah yang dibebankan di pundak kita, dimana kita
diminta tanggung jawabnya kelak di hari kiamat. Nabi Saw berbicara di
dalam hadits ini tentang keutamaan Syam. Syam adalah benteng keamanan
dan keimanan. Di antara tempat-tempat yang dimuliakan syara’ adalah
Syam. Syam adalah bumi yang diberkati. Allah SWT berfirman: “Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(TQS.al-Isrâ’ [17] : 1).
Dan firman Allah SWT: “Dan Kami
wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian
timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya.
Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat
Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (TQS. Al-A’râf
[7] : 137).
Allah SWT menyebut Syam dengan bumi yang disucikan.
Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci
yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang,
maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (TQS. Al-Mâidah [5] : 21).
Ketika terjadi fitnah (konflik), maka iman teletak di Syam. Dari
Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Aku bermimpi melihat
tiang kitab (Islam) ditarik dari bawah bantalku. Aku mengikutinya dengan
pandanganku. Ternyata, ia adalah cahaya sangat terang, hingga aku yakin
bahwa cahaya itu membawa pandanganku ke Syam. Dan aku menafsirkan dari
apa yang aku lihat dalam mimpi itu, bahwa bila fitnah (konflik) terjadi
maka iman terletak di negeri Syam.” (Hadits ini dishahihkan oleh
al-Albani).
Syam adalah sebaik-baik negeri di sisi Allah, dan
sebaik-baik hamba adalah yang ada Syam. Dari Watsilah bin al-Asyqa’
berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda kepada Hudzaifah bin
Yaman dan Mu’ad bin Jabal. Keduanya bertanya kepada beliau (tentang
lokasi perang terbaik), maka beliau menunjukkan ke Syam. Keduanya
bertanya lagi, maka beliau menunjukkan ke Syam. Kemudian keduanya
bertanya lagi, maka beliau menunjukkan ke Syam. Lalu bersabda:
“Hendaklah kalian memilih Syam, karena ia adalah negeri pilihan Allah,
yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tak bisa
hendaklah kalian memilih Yaman, dan berilah minum (hewan kalian) dari
kolam-kolam (di lembahnya), karena Allah menjamin untukku negeri Syam
dan penduduknya.” (Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani).
Dari
Mu’awiyah bin Qurrah dari ayahnya, dari Nabi Saw bersabda: “Jika
penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian.
Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah,
dan sedikitpun tidak akan membahayakan mereka orang yang berusaha
menghinakannya hingga datang hari Kiamat.” (Hadits ini dishahihkan oleh
al-Albani).
Hadits Nabi Saw tentang “pusat negara kaum Mukmin
adalah Syam” menunjukkan bahwa Syam masih merupakan sumber yang
mengalirkan para pejuang revolusi dan para mujahid sepanjang masa.
Bahkan hal itu diperkuat bahwa revolusi musim semi Arab anginnya telah
berhembus di atas negeri Syam, yang telah bergerak untuk menumbangkan
tiran penjahat, yang telah menimpakan berbagai jenis azab, kesengsaraan,
malapetaka dan kezaliman. Dan untuk mewujudkan tujuannya masih menempuh
jalan penegakan Khilafah Rasyidah berdasarkan metode kenabian.
Sementara mewujudkan hal itu sangatlah mudah bagi Allah. Bahkan kami
mendapati para pejuang revolusi yang diberkati ini, tidak memiliki rasa
takut sedikit pun karena Allah terhadap celaan para pencela. Mereka
terang-terangan dalam menjalankan perintah Allah SWT, seperti
firman-Nya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
(TQS. Al-Hijr [15] : 94).
Hal itu tampak pada slogan-slogan revolusi yang diberkati:
“Labbaika, labbaika, labbaika, yâ Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku
penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu— dengan siap menjalankan
perintah-Mu—wahai Allah”.
“Yâ Allah, mâ lanâ ghairuka, yâ Allah, wahai Allah, kami tidak punya siapa-siapa selain Engkau, wahai Allah”.
“al-Ummah turîdu al-Khilâfah min jadîd, umat menginginkan Khilafah kembali”.
Mahasuci Engkau, wahai Allah, dimana dengan memuji-Mu kami bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Hanya kepada Engkau-lah kami
memohon ampunan, dan hanya kepada Engkau-lah kami bertaubat.
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 19/3/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana pendapat anda?