30 Mar 2013

TROUBLE EXCAVATOR


TROUBLE EXCAVATOR











INSPECTION
1.Engine speed (Rpm)

Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan Fuel throttle lever voltage atau fuel control dial (electrical throttle system) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui power engine, pengukuran dilakukan pada kondisi operasi dengan beban maksimal.

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Memastikan fuel throttle lever dapat diposisikan pada stopper Low dan High

Hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high.




2.Compression pressure (kg/cm2)

Mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston, atau kondisi valve guide / steam.

Prosedur

Radiator coolant temperature : + 60oC

Cracking rpm : 150 – 250 rpm (untuk memastikan tercapai, pasang tachometer)

Pastikan Intake system kondisinya bagus (tidak terjadi kebuntuan)

Valve clearance : standart

Lepas nozzle atau injector, dan pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge.

Tutup fuel line, posisikan shut-off agar tidak terjadi fuel injection.  

Putar (crangking) engine dengan tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression pressure.

Lakukan 3-4 kali, ambil nilai rata rata.

Agar battery lebih tahan lama, buka semua nozzle atau injector.                  



3.Blow by pressure (mmH2O, mmAq)

Untuk mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar)

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High.

Check fuel dan air system kondisinya normal.

Pasang Blow-by adapter dan sambungkan dengan pressure gauge

Hidupkan engine, posisikan high idle (jika memungkinkan berikan load maksimal ,

ukur saat unit operasi kemudian ukur pressure blow by.



4.Oil pressure

Memastikan pressure oli yang digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga tidak terjadi keausan abnormal.

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Oil level dalam range Low-High

Tidak terjadi oil leakage

Pasang nipple dan sambungkan dengan pressure gauge.

Hidupkan engine, ukur pressure saat engine low idle dan high idle.



5.Intake resistant (mmH20)

Untuk mengetahui tingkat kebuntuan air cleaner dan juga sebagai indikasi kemampuan hisap piston.

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Tidak terjadi kebocoran pada intake system

Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge

Hidupkan engine, ukur intake resistance saat beban maksimal.



6.Exhaust temperature (oC)

Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, yang ditentukan oleh perbandingan udara yang masuk dengan fuel yang diinjeksikan.

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Check fuel dan air system kondisinya normal

Pasang temperature sensor dan sambungkan dengan thermometer

Hidupkan engine, ukur exhaust temperature saat beban maksimal.



7.Exhaust gas color (Bosch Index)

   Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, dan tingkat kebocoran oli kedalam ruang bakar (melalui valve steam dan ring piston).

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Check fuel dan air system kondisinya normal.

Hidupkan engine, masukkan suction port Smoke checker kedalam muffler (exhaust pipe) dan hisap (tarik handlenya) saat engine diakselerasikan.

 Bandingkan hasil hisapan gas buang yang terdapat pada filter paper dengan table standart



8.Valve clearance

Untuk mengetahui dan memastikan kerengangan valve (intake dan exhaust) sesuai standard, karena clearance valve menentukan valve timing dan total valve stroke (total jumlah udara yang masuk dan exhaust gas yang keluar) ,sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga engine.

Prosedur

Radiator coolant temperature : + 60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot)

Posisikan cylinder yang akan diadjust pada TDC compression

Masukkan feeler gauge (sesuai standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar adjustment screw sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan.

Adjustment valve clearance dapat dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.



9.Oil temperature

 Untuk mengetahui dan memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat berpengaruh terhadap viskositas oli yang dapat mempercepat keausan komponen.

Prosedur

Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)

Oil level dalam range Low-High

Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge

Hidupkan engine, ukur pressure saat low dan high idle.



10. Fuel Injection timing (FIP)

Untuk mengetahui dan memastikan Start of Injection, karena sangat menentukan tenaga engine dan untuk mencegah terjadinya knocking atau detonation.

Prosedur (Delivery method)

Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada

front damper atau flywheel dengan pointer.

Lepas delivery valve No. 1 dan kendorkan bolt coupling FIP

Pompakan feed pump sambil menggerakkan drive shaft FIP, perhatikan saat fuel berhenti mengalir dari

lubang delivery valve No.1, maka berarti timing injection sudah tepat.

Prosedur Mark alignment methode

Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada

front damper atau flywheel dengan pointer.

Posisikan mark (tanda) drive shaft dengan housing FIP saling segaris atau sejajar.

Untuk Cummins Engine ; harus menggunakan Timing Fixture



11. Radiator pressure valve

Untuk mengetahui pressure maksimal didalam cooling system, sehingga tidak terjadi over pressure yang

dapat menyebabkan kebocoran (hose, clamp, core radiator dsb) dan mencegah air didalam radiator dapat mendidih, jika pressurenya terlalu rendah, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen (liner).

Prosedur

Gunakan radiator cap tester.



12. Fan belt tension

Untuk memastikan fan dapat berputar dengan kecepatan sesuai putaran engine (tidak terjadi slip), sehingga hisapan atau hembusan angin untuk mendinginkan air pendingin dalam radiator dapat maksimal. Tension belt yang standart juga akan mencegah terjadi kerusakan belt lebih cepat. (biasanya menggunakan autotension pulley)

      Prosedur

     Tekan belt dengan menggunakan push-pull scale dengan tekanan sesuai standart.

     Ukur penyimpangan (deflection) belt



13. Oil consumption ratio

Untuk mengetahui jumlah penambahan oli yang disebabkan adanya oli yang masuk ke dalam ruang bakar melalui ring piston atau valve steam, sehingga ikut terbakar. Pengukuran perbandingan berdasarkan jumlah penambahan oli dengan jumlah bahan bakar (fuel) yang digunakan.

     

Note :

Untuk pengukuran hydraulic performance : pressure, drift dan cycle time (awork equipment speed) harus dilakukan dengan kondisi :

Water coolant temperature : range kerja 70o - 90oC

Hydraulic oil temperature : 50o – 60oC

Pengukuran dilakukan sebanyak 3 x, tentukan hasilnya berdasarkan rata ratanya.



14. Primary pressure

Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system sebagai indikasi kekuatan gali (digging force) dalam batas kemampuan (specified pressure) main pump. 320-330 bar.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure, saat engine high idle dan attactment direliefkan (Stick In)



15. Servo Pump Pressure

Untuk mengetahui maksimal pressure dalam pilot control circuit (control pump & control system). 32 bar

(R984) & 40 bar (RH120)

Prosedur

Pasang pressure gauge pada Pilot Filter Block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure saat engine high idle dan low idle



16. Pilot PPC pressure

Untuk mengetahui pilot pressure out put PPC valve sebagai penggerak spool C/V, repositioning piston (close loop swing). 32 bar (R984) & 40 bar (RH120)

Prosedur :

 Pasang pressure gauge pada spool cover C/V.

 Ukur pressure saat engine high idle dan low idle



17. Pressure cut-off ( CO Pressure )

Untuk mengetahui maksimal pressure saat cut-off valve bekerja untuk meminimalkan sudut main pump. (310 bar)

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF Block  dan servo valve (R984). R120 - BCS

Turunkan setting primary valve, kemudian naikkan kembali setting primary valve secara perlahan sampai terbaca setting pressure cut-off (300 – 310bar), pressure gauge pada servo valve turun secara tiba-tiba

Ukur pressure saat engine high idle dan low idle



18. Secondary pressure

Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system antara C/V dan actutor sebagai indikasi kemampuan actuator merelease beban dari luar dan akibat pergerakan actuator lainnya.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Naikkan setting primary valve melebihi setting pressure secondary valve, kemudian reliefkan actuator secara perlahan dan ukur pressure secondary valve. Pengukuran dilakukan untuk setiap secondary valve.



19. Swing hydraulic pressure

Pressure during swing

Untuk mengetahui working pressure saat swing, dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan mechanical (swing circle bearing, swing gear box).

 Prosedur :

 Parkir unit pada tempat yang rata

 Pasang pressure gauge pada Swing pump (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

 Posisikan attachment full extend sesuai postur measurement, kemudian ukur pressure saat upper structure diputar (swing) 360o.

 Swing relief pressure

 Untuk mengetahui maksimal pressure dalam swing system (close loop) sebagai indikasi kekuatan memutar upper structure.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure saat swing ditahan (relief)



20. Swing brake angle

Untuk mengetahui kemampuan counter balance valve merelease pressure saat gerakan swing dihentikan secara tiba-tiba (PPC dinetralkan).

Prosedur :

Tentukan point saat swing dihentikan, beri tanda pada outer/ inner race bearing circle.

Gerakkan swing satu putaran, kemudian hentikan swing pada titik yang telah ditentukan, dan ukur sudut atau jarak antara kedua tanda pada outer/ inner circle bearing.



21. Time taken to start swing (90o & 180o)

Untuk mengetahui respon swing system pada awal pergerakan swing dilakukan.

Prosedur :

Gunakan stop watch, engine high idle

Ukur waktu yang diperlukan untuk melakukan swing 90o dan 180o.



22. Hydraulic drift of swing

Untuk mengetahui kemampuan swing brake clutch, sebagai swing parking brake.

Prosedur :

Parkir unit pada kemiringan + 15o, posisikan upper structure melintang 90o terhadap lower structure dan angkat attachment, kemudian matikan engine dan swing brake di ON kan.

Beri tanda pada outer/ inner race bearing circle.

Ukur pergeseran kedua tanda pada circle bearing setelah 5 menit berikutnya.



23. Internal Leakage of swing motor

Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada swing motor

Prosedur :

Siapkan tempat penampung oli.

Buka hose internal leakage motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose pada port internal leakage motor.

Reliefkan swing circuit selama 1 menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.



24. Swing Speed

Untuk mengetahui kecepatan putar upper structure, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya flow rate swing pump.

Prosedur :

Gunakan stop watch, parkir unit pada tempat yang rata dan posisikan attachment full extend sesuai postur measurement

Tentukan start point measurement, lakukan swing satu putaran awal kemudian ukur waktu yang diperlukan untuk 5 putaran berikutnya.



25. Swing control lever Stroke

Untuk mengetahui total stroke PPC valve.

Prosedur

Lakukan pengukuran pada saat engine mati. Gunakan mistar

Ukur pada bagian ujung stickjoy saat posisi netral sampai titik saat stick joy digerakkam full stroke.



26. Swing control lever operating force

Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan stickjoy, dan dapat digunakan sebagai indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve.

Prosedur

Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale.

Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.



27. Travel hydraulic pressure

Pressure during travel no load

Untuk mengetahui working pressure saat travel tanpa beban dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan mechanical (final drive & undercarriage)

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Naikkan salah satu sisi track dengan boom lower, kemudian gerakkan travel lever full stroke untuk memutar track link yang terangkat.

Pressure during travel under load

Untuk mengetahui working pressure saat travel, dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan (interbal leakage) pump, control valve, rotary joint atau travel motor

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

 Jalankan unit pada tempat yang rata, lurus

 Posisikan attachment sesuai postur travel, kemudian ukur pressure saat unit travel.

 Travel relief pressure

 Untuk mengetahui maksimal pressure dalam travel system  sebagai indikasi kekuatan travel motor saat mendapat beban berat (tanjakan atau medan berlumpur)

 Prosedur :

 Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

 Ukur pressure saat travel circuit direliefkan.



28. Travel deviation

Untuk mengetahui penyimpangan arah travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.

Prosedur

Lakukan pada tempat yang datar, rata dan lurus

Jalankan unit + 10 meter dengan kedua travel lever full stroke, kemudian ukur penyimpangan travel pada 20m berikutnya. Pengukuran dilakukan pada bekas travel yang membentuk kurva pada bagian tengahnya atau 10 m dari jarak awal.



29. Travel deviation when operating work equipment while traveling

Untuk mengetahui penyimpangan arah travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.



30. Travel Speed

Untuk mengetahui kecepatan putar track link, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya flow discharge main pump.

Prosedur :

Gunakan stopwatch

Naikkan salah satu sisi track dengan boom lower, beri tanda pada salah satu track dan tentukan start point measurement.

Kemudian gerakkan travel lever full stroke untuk memutar track link yang terangkat. Pengukuran dilakukan setelah satu putaran awal, untuk lima putaran berikutnya.



31. Hydraulic drift of travel

Untuk mengetahui kemampuan travel brake clutch, sebagai parking brake.

Prosedur :

Beri tanda pada teeth sprocket dan track link

Parkir unit pada kemiringan 15o dan angkat attachment, kemudian matikan engine.

Ukur pergeseran kedua tanda pada teeth sprocket dan track link setelah 5 menit berikutnya.



32. Internal Leakage of travel motor

Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada swing motor

Prosedur :

Siapkan tempat penampung oli.

Buka hose internal leakage travel motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose pada port internal leakage motor.

Reliefkan Travel circuit selama 1 menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.



33. Travel control lever Stroke

Untuk mengetahui total stroke PPC valve.

Prosedur

Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale.

Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.



34. Travel control lever play

Untuk mengetahui gerak bebas lever travel, dan dapat digunakan sebagai indikasi efektifitas pergerakan travel lever. Yang dipengaruhi oleh keausan ball joint dan ketepatan adjustment retainer.



35. Travel Control Lever Operating Force

Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan lever travel, dan dapat digunakan sebagai indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve.

Prosedur

Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale.

Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.



36. Boom hydraulic pressure

Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit boom, dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading force.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure saat Boom Up/Raise end stroke



37. Arm hydraulic pressure

Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Arm / Stick dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading force.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure saat Stick Out end stroke.



38. Bucket hydraulic pressure

Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Bucket dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading force.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure saat Bucket Curl end stroke.



39. Bull clamp hydraulic pressure (SHOVEL)

Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Rear bucket / Bull Clamp.

Prosedur :

Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS

Ukur pressure saat Bull Clamp close end stroke.



40. Hydraulic drift

Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).



41. Total work equipment (hydraulic drift at the tip of bucket teeth)

Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).

Prosedur

Parkir unit pada tempat yang rata.

Posisikan postur attachment : Boom – Up Full, Stick – Out Full, Bucket Curl Full.

Ukur ketinggian awal teeth bucket terhadap permukaan tanah.

Ukur perubahan ketinggian setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran)  



42. Boom cylinder (amount retraction of cylinder)

Sama dengan No. 41.

Ukur kecepatan gerak rod cylinder masuk kedalam housing cylinder Boom setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran)



43. Arm cylinder (amount of extention of cylinder)

Sama dengan No. 41.

Ukur kecepatan gerak rod cylinder keluar dari dalam housing cylinder Stick / Arm setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran)



44. Bucket cylinder (amount of retraction of cylinder)

Sama dengan No. 41.

Ukur kecepatan gerak rod cylinder masuk kedalam housing cylinder Bucket setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran)



45. Work equipment speed

Untuk mengetahui kecepatan gerak attachment, dan dapat digunakan sebagai indikasi jumlah flow oli yang menuju cylinder attachment.

Boom

Prosedur

Posisikan postur attachment : Stick – Out Full, Bucket-Curl Full dan Boom-Lower sampai bucket meyentuh tanah.

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan Boom-Up sampai full stroke.

Arm

Prosedur

Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-In Full dan Bucket-Curl Full

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Stick-Out Full sampai Stick-In Full.

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Stick-In Full sampai Stick-Out Full.

Bucket

Prosedur

Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bucket-Curl Full sampai Bucket-Dump Full.

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bucket-Dump Full sampai Bucket-Curl Full.

Bull Clamp ( SHOVEL )

Prosedur

Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bull Clamp-Open sampai Bull Clamp-Close

Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bull Clamp-Close sampai Bull Clamp-Open



50. Internal leakage

Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada hydraulic cylinder & Center swivel (Rotary)

joint Cylinder

Prosedur

Posisikan extend rod cylinder dan matikan engine.

Buka hose sisi head dan pasang blind plug pada hose sisi C/V nya.

Reliefkan circuit selama 30 detik dan tampung oli yang keluar dari sisi head cylinder selama 1 menit berikutnya (tetap relief).

Center swivel joint

Lihat shop manual untuk posisi masing masing port.



51. Alternator output voltage

Untuk mengetahui besar voltage alternator saat engine hidup, sehingga dapat memastikan terjadinya proses recharging battery selama unit operasi.

Prosedur.

Hidupkan engine dan posisikan high idle

Gunakan AVO meter secara paralel, ukur terminal B alternator : 27-5 – 29.5 V.



53. Battery relay

Untuk memastikan battery relay dapat menghubungkan salah satu terminal battery dengan electrical system unit, sehingga battery dapat menjadi power source.



54. Starting Switch 

Untuk memastikan starting switch berfungsi untuk memposisikan system unit sesuai putaran starting switch. ukur connectivitas antar terminal sesui posisi / putaran starting switch.



55. Starting motor

Untuk memastikan starting motor dapat bekerja dengan baik saat digunakan untuk memutar (cranking) engine.



56. Solenoid valve

Untuk memastikan solenoid valve dapat bekerja saat Arus perintah mengalir, untuk mengalirkan atau menutup aliran pressure oli. (tergantung type : NC atau NO)

Ukur nilai resistance solenoid saat dingin dan dalam range temperature operasi.

Pastikan plunger atau push pin tidak jammed. dsb



57. Sensor

Untuk mengetahui nilai resistance atau kontak kedua terminal (sensor switch).

Ukur perubahan nilai resistance berdasarkan perubahan pressure atau temperature.

Ukur connectivitas kedua terminal berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb



59. Connector

Untuk mengetahui connectivitas antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat mengalir dan system unit dapat berfungsi normal.

Lakukan pengecheckan visual check < kondisi connector, wiring, seal dsb

Gunakan multimeter untuk untuk mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and female dipasang.        



60. Link Pitch

Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan bushing dan pin masih dapat di TPB.

Prosedur

Bersihkan bushing dan link yang akan diukur.

Ukur link pitch untuk dua pin dan lima pin menggunakan mistar dengan posisi track link dikencangkan terlebih dahulu (pasang ganjal antara track link dan sprocket)



61. Link Height

Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian link sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan link masih dapat direbuild.

Prosedur

Bersihkan link yang akan diukur.

Ukur link height menggunakan multi-scale



62. Shoe Grouser

Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian shoe grouser sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan shoe masih dapat direbuild.

Prosedur

Bersihkan link yang akan diukur.

Ukur grouser height menggunakan multi-scale



63. Track Roller

Untuk mengetahui tingkat keausan / diameter track roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan track roller masih dapat direbuild.

Prosedur

Bersihkan track roller yang akan diukur.

Ukur diameter track roller menggunakan caliper dan mistar



64. Carrier Roller

Untuk mengetahui tingkat keausan / diameter carrier roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan carrier roller masih dapat direbuild.

Prosedur

Bersihkan carrier roller yang akan diukur.

Ukur diameter carrier roller menggunakan caliper dan mistar



65. Track Tension

Untuk memastikan  kekencangan track link, sehingga dapat mengurangi keausan.

Prosedur

Jalankan unit maju pada tempat yang rata dan datar.

Ukur kekencangan track roller dan adjust sesuai standart tension



66. Front Idler

Untuk mengetahui tingkat keausan front idler, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan front idler masih dapat di rebuild.

Prosedur

Bersihkan front idler

Gunakan multi-scale untuk mengukur ketinggian groove front idler.



67. Sprocket

Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan pemakaian tidak menyebabkan kerusakan abnormal pada bushing.

Prosedur

Bersihkan teeth sprocket yang akan diukur

Gunakan wear gauge untuk mengukur tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket



68. Bushing

Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan bushing dan pin masih dapat di TPB.

Prosedur

Bersihkan bushing dan link yang akan diukur dari tanah.

Gunakan caliper  untuk mengukur diameter bushing.

     

MACHINE TROUBLE ANALYSIS

1.   Engine doesn’t start

      -     Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system

      -     Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve

      -     Cranking rpm tidak tercapai

      -     Fuel tercampur air, dsb



2.   Engine Low Power

      -     Terjadi kebuntuan pada Air cleaner atau fuel filter

      -     Injection timing tidak tepat

      -     Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve

      -     Lingkage thottle atau Current throttle drive kurang maksimal

      -     Kwalitas fuel jelek : bercampur air, minyak tanah (kerosin) atau kotoran lainnya. dsb



3.   Engine doesn't Stop

      -     Shut-off solenoid valve putus

      -     O-ring injector sisi fuel return bocor, sehingga masuk ke port metering.



4.   Engine Black Smoke

      Pada dasarnya disebabkan perbandingan udara masuk lebih sedikit dari fuel yang diinjeksikan, sehingga ada sebagian fuel yang tidak terbakar.

      -     Air cleaner buntu

      -     Turbocharger abnormal

      -     Over fuelling karena keabnormalan pada control fuel system

      -     Unit beroperasi pada daerah ketinggian, sehingga kerapatan udara luar relatif lebih kecil.



5.   Engine White Smoke

      -     Ujung Injector pecah, sehingga tidak terjadi injection spray.

      -     Injection Timing tidak tepat.



6.   Engine Can't High Idle

      -     Fuel control dial (potentiometer) abnormal

      -     Keabnormalan pada ECM

      -     Misadjustment engine speed sensor. dsb



7.   Engine Knocking

      -     Timing injection terlalu cepat atau lambat

      -     Terjadi keausan berlebihan pada main bearing

      -     Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb



8.   Oil Consumption is excessive

      -     Keausan pada liner atau ring piston terlalu besar (oil up)

      -     Keausan pada valve guide terlalu besar (oil down)

      -     Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau seal, sehingga oli bocor ke sisi blower atau impeller. dsb.



9.   Oil is mixed in coolant

      -     Terjadi keretakan pada cylinder head atau engine block pada sisi jalur air.

      -     O-ring liner bocor

      -     O-ring gasket cylinder head bocor.

      -     Oil cooler bocor, dsb



10. Oil level rises

Oil level engine dapat naik disebabkan adanya fuel atau air radiator yang bocor dan masuk ke dalam crank case, hal ini dapat disebabkan oleh :

-     Keausan Plunger FIP terlalu besar, sehingga fuel bocor ke dalam case FIP

-     Nozzle atau injector pecah, sehingga fuel langsung bocor ke ruang bakar dan turun melalui ring piston masuk ke crank case.

-     O-ring return port nozzle atau plunger bocor, dsb

-     Jika level bertambah tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil engine bercampur air diatas. No 9.



11. Coolant Temperature rises to high

      -     Core & Fin radiator buntu

      -     Air radiator kurang

      -     Thermostat jammed

      -     Vaccum valve (cap radiator) tidak berfungsi. dsb

      -     Impeller water pump slip, atau internal leakage terlalu besar, dsb.



12. Hydraulic Low Power

      -     Setting Primary valve terlalu rendah

      -     Internal leakage pada main pump terlalu besar. dsb



13. Speed Boom is slow

      -     Internal leakage pada boom cylinder berlebihan

      -     Internal leakage pada main pump terlalu besar



14. Excessive Hydraulic Drift

      -     Internal leakage pada cylinder berlebihan

      -     Internal leakage pada control valve berlebihan

      -     Setting secondary valve terlalu rendah. dsb



15. Travel Deviation out of standard

      Pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.

      Mechanical :

      -     Jumlah link kedua sisi tidak sama, (salah satu sudah dipotong)

      -     Track tension kedua sisi tidak sama, dsb

      Hydraulic

      -     Travel motor salah satu sisi abnormal (internal leakage terlalu besar)

      -     Internal leakage pada rotary joint. dsb



16. Travel Speed is Slow

      -     Internal leakage pada travel motor berlebihan

      -     Internal leakage pada main pump berlebihan

      -     Flow discharge pump terlalu kecil

      -     Misadjutment travel PPC valve linkage, sehingga output pressure PPC valve terlalu kecil.



17. The Machine Can't Swing

      -     Swing pump abnormal (internal leakage terlalu besar)

      -     Swing motor abnormal (internal leakage terlalu besar)

      -     Swing brake jammed. dsb



18. Excessive over run when stopping swing

      -     Setting swing secondary valve terlalu rendah



19. Bullclamp can't Open/Close ( SHOVEL )

      -     PPC valve bull clamp abnormal

      -     Spool C/V bull clamp jammed.

      -     Internal leakage pada bull-clamp cylinder terlalu besar. dsb



20. Track Tension Loose

      -     Seal track adjuster bocor

      -     Link pitch terlalu besar.

      -     HIC piston bocor. dsb



21. Abnormal worn out at under carriage

      -     Terlalu sering travel jarak jauh

      -     Medan operasi abrasive

      -     Track tension terlalu kencang. dsb



22. Abnormal play at attachment & frame

      -     Pemasangan shim tidak tepat, sehingga clearance besar.

      -     Grease lubricating kurang, sehingga terjadi keausan abnormal. dsb



23. Crack at attachment & frame

      -     Misoperation

      -     Material fatique

      -     Miss maintenance. dsb



Semoga bermanfaat.........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat anda?