TROUBLE
EXCAVATOR
INSPECTION
1.Engine speed (Rpm)
1.Engine speed (Rpm)
Mengetahui speed engine saat low
idle dan high idle, untuk memastikan Fuel throttle lever voltage atau fuel
control dial (electrical throttle system) kondisinya normal. Sedangkan untuk
mengetahui power engine, pengukuran dilakukan pada kondisi operasi dengan beban
maksimal.
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Memastikan fuel throttle lever dapat
diposisikan pada stopper Low dan High
Hidupkan engine dan ukur speed saat
low dan high.
2.Compression pressure (kg/cm2)
Mengetahui tingkat keausan pada
liner dan ring piston, atau kondisi valve guide / steam.
Prosedur
Radiator coolant temperature : +
60oC
Cracking rpm : 150 – 250 rpm (untuk
memastikan tercapai, pasang tachometer)
Pastikan Intake system kondisinya
bagus (tidak terjadi kebuntuan)
Valve clearance : standart
Lepas nozzle atau injector, dan
pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge.
Tutup fuel line, posisikan shut-off
agar tidak terjadi fuel injection.
Putar (crangking) engine dengan
tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression pressure.
Lakukan 3-4 kali, ambil nilai rata
rata.
Agar battery lebih tahan lama, buka
semua nozzle atau injector.
3.Blow by pressure (mmH2O, mmAq)
Untuk mengetahui tingkat keausan
pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar)
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Memastikan pedal throttle lingkage
& lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High.
Check fuel dan air system kondisinya
normal.
Pasang Blow-by adapter dan
sambungkan dengan pressure gauge
Hidupkan engine, posisikan high idle
(jika memungkinkan berikan load maksimal ,
ukur saat unit operasi kemudian ukur
pressure blow by.
4.Oil pressure
Memastikan pressure oli yang
digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga tidak
terjadi keausan abnormal.
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Oil level dalam range Low-High
Tidak terjadi oil leakage
Pasang nipple dan sambungkan dengan
pressure gauge.
Hidupkan engine, ukur pressure saat
engine low idle dan high idle.
5.Intake resistant (mmH20)
Untuk mengetahui tingkat kebuntuan
air cleaner dan juga sebagai indikasi kemampuan hisap piston.
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Tidak terjadi kebocoran pada intake
system
Pasang nipple measurement dan
sambungkan dengan pressure gauge
Hidupkan engine, ukur intake
resistance saat beban maksimal.
6.Exhaust temperature (oC)
Untuk mengetahui tingkat kwalitas
pembakaran, yang ditentukan oleh perbandingan udara yang masuk dengan fuel yang
diinjeksikan.
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Check fuel dan air system kondisinya
normal
Pasang temperature sensor dan
sambungkan dengan thermometer
Hidupkan engine, ukur exhaust
temperature saat beban maksimal.
7.Exhaust gas color (Bosch Index)
Untuk mengetahui
tingkat kwalitas pembakaran, dan tingkat kebocoran oli kedalam ruang bakar
(melalui valve steam dan ring piston).
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Check fuel dan air system kondisinya
normal.
Hidupkan engine, masukkan suction
port Smoke checker kedalam muffler (exhaust pipe) dan hisap (tarik handlenya)
saat engine diakselerasikan.
Bandingkan hasil hisapan gas
buang yang terdapat pada filter paper dengan table standart
8.Valve clearance
Untuk mengetahui dan memastikan
kerengangan valve (intake dan exhaust) sesuai standard, karena clearance valve
menentukan valve timing dan total valve stroke (total jumlah udara yang masuk
dan exhaust gas yang keluar) ,sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga
engine.
Prosedur
Radiator coolant temperature : +
60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot)
Posisikan cylinder yang akan
diadjust pada TDC compression
Masukkan feeler gauge (sesuai
standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar adjustment screw
sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan.
Adjustment valve clearance dapat
dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.
9.Oil temperature
Untuk mengetahui dan
memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat
berpengaruh terhadap viskositas oli yang dapat mempercepat keausan komponen.
Prosedur
Radiator coolant temperature :
70-90o (temperature kerja)
Oil level dalam range Low-High
Pasang nipple measurement dan
sambungkan dengan pressure gauge
Hidupkan engine, ukur pressure saat
low dan high idle.
10. Fuel Injection timing (FIP)
Untuk mengetahui dan memastikan
Start of Injection, karena sangat menentukan tenaga engine dan untuk mencegah
terjadinya knocking atau detonation.
Prosedur (Delivery method)
Putar dan posisikan Cylinder no.1
pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada
front damper atau flywheel dengan
pointer.
Lepas delivery valve No. 1 dan
kendorkan bolt coupling FIP
Pompakan feed pump sambil
menggerakkan drive shaft FIP, perhatikan saat fuel berhenti mengalir dari
lubang delivery valve No.1, maka
berarti timing injection sudah tepat.
Prosedur Mark alignment methode
Putar dan posisikan Cylinder no.1
pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada
front damper atau flywheel dengan
pointer.
Posisikan mark (tanda) drive shaft
dengan housing FIP saling segaris atau sejajar.
Untuk Cummins Engine ; harus
menggunakan Timing Fixture
11. Radiator pressure valve
Untuk mengetahui pressure maksimal
didalam cooling system, sehingga tidak terjadi over pressure yang
dapat menyebabkan kebocoran (hose,
clamp, core radiator dsb) dan mencegah air didalam radiator dapat mendidih,
jika pressurenya terlalu rendah, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen
(liner).
Prosedur
Gunakan radiator cap tester.
12. Fan belt tension
Untuk memastikan fan dapat berputar
dengan kecepatan sesuai putaran engine (tidak terjadi slip), sehingga hisapan
atau hembusan angin untuk mendinginkan air pendingin dalam radiator dapat
maksimal. Tension belt yang standart juga akan mencegah terjadi kerusakan belt
lebih cepat. (biasanya menggunakan autotension pulley)
Prosedur
Tekan belt
dengan menggunakan push-pull scale dengan tekanan sesuai standart.
Ukur
penyimpangan (deflection) belt
13. Oil consumption ratio
Untuk mengetahui jumlah penambahan
oli yang disebabkan adanya oli yang masuk ke dalam ruang bakar melalui ring
piston atau valve steam, sehingga ikut terbakar. Pengukuran perbandingan
berdasarkan jumlah penambahan oli dengan jumlah bahan bakar (fuel) yang
digunakan.
Note :
Untuk pengukuran hydraulic
performance : pressure, drift dan cycle time (awork equipment speed) harus
dilakukan dengan kondisi :
Water coolant temperature : range
kerja 70o - 90oC
Hydraulic oil temperature : 50o –
60oC
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 x,
tentukan hasilnya berdasarkan rata ratanya.
14. Primary pressure
Untuk mengetahui maksimal pressure
dalam system sebagai indikasi kekuatan gali (digging force) dalam batas
kemampuan (specified pressure) main pump. 320-330 bar.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure, saat engine high idle
dan attactment direliefkan (Stick In)
15. Servo Pump Pressure
Untuk mengetahui maksimal pressure
dalam pilot control circuit (control pump & control system). 32 bar
(R984) & 40 bar (RH120)
Prosedur
Pasang pressure gauge pada Pilot
Filter Block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat engine high idle
dan low idle
16. Pilot PPC pressure
Untuk mengetahui pilot pressure out
put PPC valve sebagai penggerak spool C/V, repositioning piston (close loop
swing). 32 bar (R984) & 40 bar (RH120)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada
spool cover C/V.
Ukur pressure saat engine high
idle dan low idle
17. Pressure cut-off ( CO Pressure )
Untuk mengetahui maksimal pressure
saat cut-off valve bekerja untuk meminimalkan sudut main pump. (310 bar)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF Block
dan servo valve (R984). R120 - BCS
Turunkan setting primary valve,
kemudian naikkan kembali setting primary valve secara perlahan sampai terbaca
setting pressure cut-off (300 – 310bar), pressure gauge pada servo valve turun
secara tiba-tiba
Ukur pressure saat engine high idle
dan low idle
18. Secondary pressure
Untuk mengetahui maksimal pressure
dalam system antara C/V dan actutor sebagai indikasi kemampuan actuator
merelease beban dari luar dan akibat pergerakan actuator lainnya.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Naikkan setting primary valve
melebihi setting pressure secondary valve, kemudian reliefkan actuator secara
perlahan dan ukur pressure secondary valve. Pengukuran dilakukan untuk setiap
secondary valve.
19. Swing hydraulic pressure
Pressure during swing
Untuk mengetahui working pressure
saat swing, dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan mechanical (swing
circle bearing, swing gear box).
Prosedur :
Parkir unit pada tempat yang
rata
Pasang pressure gauge pada
Swing pump (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Posisikan attachment full
extend sesuai postur measurement, kemudian ukur pressure saat upper structure
diputar (swing) 360o.
Swing relief pressure
Untuk mengetahui maksimal
pressure dalam swing system (close loop) sebagai indikasi kekuatan memutar
upper structure.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat swing ditahan
(relief)
20. Swing brake angle
Untuk mengetahui kemampuan counter
balance valve merelease pressure saat gerakan swing dihentikan secara tiba-tiba
(PPC dinetralkan).
Prosedur :
Tentukan point saat swing
dihentikan, beri tanda pada outer/ inner race bearing circle.
Gerakkan swing satu putaran,
kemudian hentikan swing pada titik yang telah ditentukan, dan ukur sudut atau
jarak antara kedua tanda pada outer/ inner circle bearing.
21. Time taken to start swing (90o
& 180o)
Untuk mengetahui respon swing system
pada awal pergerakan swing dilakukan.
Prosedur :
Gunakan stop watch, engine high idle
Ukur waktu yang diperlukan untuk
melakukan swing 90o dan 180o.
22. Hydraulic drift of swing
Untuk mengetahui kemampuan swing
brake clutch, sebagai swing parking brake.
Prosedur :
Parkir unit pada kemiringan + 15o,
posisikan upper structure melintang 90o terhadap lower structure dan angkat
attachment, kemudian matikan engine dan swing brake di ON kan.
Beri tanda pada outer/ inner race
bearing circle.
Ukur pergeseran kedua tanda pada
circle bearing setelah 5 menit berikutnya.
23. Internal Leakage of swing motor
Untuk mengetahui tingkat internal
leakage pada swing motor
Prosedur :
Siapkan tempat penampung oli.
Buka hose internal leakage motor,
kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose pada port
internal leakage motor.
Reliefkan swing circuit selama 1
menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.
24. Swing Speed
Untuk mengetahui kecepatan putar
upper structure, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya flow rate swing
pump.
Prosedur :
Gunakan stop watch, parkir unit pada
tempat yang rata dan posisikan attachment full extend sesuai postur measurement
Tentukan start point measurement,
lakukan swing satu putaran awal kemudian ukur waktu yang diperlukan untuk 5
putaran berikutnya.
25. Swing control lever Stroke
Untuk mengetahui total stroke PPC
valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine
mati. Gunakan mistar
Ukur pada bagian ujung stickjoy saat
posisi netral sampai titik saat stick joy digerakkam full stroke.
26. Swing control lever operating
force
Untuk mengetahui besarnya tenaga
yang dibutuhkan untuk menggerakkan stickjoy, dan dapat digunakan sebagai
indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine
mati dan gunakan push-pull scale.
Kaitkan push-pull scale pada ujung
stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.
27. Travel hydraulic pressure
Pressure during travel no load
Untuk mengetahui working pressure
saat travel tanpa beban dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan
mechanical (final drive & undercarriage)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Naikkan salah satu sisi track dengan
boom lower, kemudian gerakkan travel lever full stroke untuk memutar track link
yang terangkat.
Pressure during travel under load
Untuk mengetahui working pressure
saat travel, dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan (interbal leakage)
pump, control valve, rotary joint atau travel motor
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Jalankan unit pada tempat yang
rata, lurus
Posisikan attachment sesuai
postur travel, kemudian ukur pressure saat unit travel.
Travel relief pressure
Untuk mengetahui maksimal
pressure dalam travel system sebagai indikasi kekuatan travel motor saat
mendapat beban berat (tanjakan atau medan berlumpur)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF
block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat travel
circuit direliefkan.
28. Travel deviation
Untuk mengetahui penyimpangan arah
travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang disebabkan adanya
perbedaan putaran pada kedua sisi track link.
Prosedur
Lakukan pada tempat yang datar, rata
dan lurus
Jalankan unit + 10 meter dengan
kedua travel lever full stroke, kemudian ukur penyimpangan travel pada 20m
berikutnya. Pengukuran dilakukan pada bekas travel yang membentuk kurva pada
bagian tengahnya atau 10 m dari jarak awal.
29. Travel deviation when operating
work equipment while traveling
Untuk mengetahui penyimpangan arah
travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang disebabkan adanya
perbedaan putaran pada kedua sisi track link.
30. Travel Speed
Untuk mengetahui kecepatan putar
track link, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya flow discharge main
pump.
Prosedur :
Gunakan stopwatch
Naikkan salah satu sisi track dengan
boom lower, beri tanda pada salah satu track dan tentukan start point
measurement.
Kemudian gerakkan travel lever full
stroke untuk memutar track link yang terangkat. Pengukuran dilakukan setelah
satu putaran awal, untuk lima putaran berikutnya.
31. Hydraulic drift of travel
Untuk mengetahui kemampuan travel
brake clutch, sebagai parking brake.
Prosedur :
Beri tanda pada teeth sprocket dan
track link
Parkir unit pada kemiringan 15o dan
angkat attachment, kemudian matikan engine.
Ukur pergeseran kedua tanda pada
teeth sprocket dan track link setelah 5 menit berikutnya.
32. Internal Leakage of travel motor
Untuk mengetahui tingkat internal
leakage pada swing motor
Prosedur :
Siapkan tempat penampung oli.
Buka hose internal leakage travel
motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose pada port
internal leakage motor.
Reliefkan Travel circuit selama 1
menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.
33. Travel control lever Stroke
Untuk mengetahui total stroke PPC
valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine
mati dan gunakan push-pull scale.
Kaitkan push-pull scale pada ujung
stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.
34. Travel control lever play
Untuk mengetahui gerak bebas lever
travel, dan dapat digunakan sebagai indikasi efektifitas pergerakan travel
lever. Yang dipengaruhi oleh keausan ball joint dan ketepatan adjustment
retainer.
35. Travel Control Lever Operating
Force
Untuk mengetahui besarnya tenaga
yang dibutuhkan untuk menggerakkan lever travel, dan dapat digunakan sebagai
indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine
mati dan gunakan push-pull scale.
Kaitkan push-pull scale pada ujung
stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.
36. Boom hydraulic pressure
Untuk mengetahui pressure maksimal
dalam circuit boom, dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading
force.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Boom Up/Raise end
stroke
37. Arm hydraulic pressure
Untuk mengetahui pressure maksimal
dalam circuit Arm / Stick dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan
loading force.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Stick Out end
stroke.
38. Bucket hydraulic pressure
Untuk mengetahui pressure maksimal
dalam circuit Bucket dan dapat digunakan sebagai indikasi digging dan loading
force.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Bucket Curl end
stroke.
39. Bull clamp hydraulic pressure
(SHOVEL)
Untuk mengetahui pressure maksimal
dalam circuit Rear bucket / Bull Clamp.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block
(R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Bull Clamp close
end stroke.
40. Hydraulic drift
Untuk mengetahui kecepatan penurunan
attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada Control Valve
(spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).
41. Total work equipment (hydraulic
drift at the tip of bucket teeth)
Untuk mengetahui kecepatan penurunan
attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada Control Valve
(spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).
Prosedur
Parkir unit pada tempat yang rata.
Posisikan postur attachment : Boom –
Up Full, Stick – Out Full, Bucket Curl Full.
Ukur ketinggian awal teeth bucket
terhadap permukaan tanah.
Ukur perubahan ketinggian setiap 5
menit selama 15 menit (3x pengukuran)
42. Boom cylinder (amount retraction
of cylinder)
Sama dengan No. 41.
Ukur kecepatan gerak rod cylinder
masuk kedalam housing cylinder Boom setiap 5 menit selama 15 menit (3x
pengukuran)
43. Arm cylinder (amount of
extention of cylinder)
Sama dengan No. 41.
Ukur kecepatan gerak rod cylinder
keluar dari dalam housing cylinder Stick / Arm setiap 5 menit selama 15 menit
(3x pengukuran)
44. Bucket cylinder (amount of
retraction of cylinder)
Sama dengan No. 41.
Ukur kecepatan gerak rod cylinder
masuk kedalam housing cylinder Bucket setiap 5 menit selama 15 menit (3x
pengukuran)
45. Work equipment speed
Untuk mengetahui kecepatan gerak
attachment, dan dapat digunakan sebagai indikasi jumlah flow oli yang menuju
cylinder attachment.
Boom
Prosedur
Posisikan postur attachment : Stick
– Out Full, Bucket-Curl Full dan Boom-Lower sampai bucket meyentuh tanah.
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan Boom-Up sampai full stroke.
Arm
Prosedur
Posisikan postur attachment :
Boom-Raise Full, Stick-In Full dan Bucket-Curl Full
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan dari Stick-Out Full sampai Stick-In Full.
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan dari Stick-In Full sampai Stick-Out Full.
Bucket
Prosedur
Posisikan postur attachment :
Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan dari Bucket-Curl Full sampai Bucket-Dump Full.
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan dari Bucket-Dump Full sampai Bucket-Curl Full.
Bull Clamp ( SHOVEL )
Prosedur
Posisikan postur attachment :
Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan dari Bull Clamp-Open sampai Bull Clamp-Close
Ukur waktu yang diperlukan saat
digerakkan dari Bull Clamp-Close sampai Bull Clamp-Open
50. Internal leakage
Untuk mengetahui tingkat internal
leakage pada hydraulic cylinder & Center swivel (Rotary)
joint Cylinder
Prosedur
Posisikan extend rod cylinder dan
matikan engine.
Buka hose sisi head dan pasang blind
plug pada hose sisi C/V nya.
Reliefkan circuit selama 30 detik
dan tampung oli yang keluar dari sisi head cylinder selama 1 menit berikutnya
(tetap relief).
Center swivel joint
Lihat shop manual untuk posisi
masing masing port.
51. Alternator output voltage
Untuk mengetahui besar voltage
alternator saat engine hidup, sehingga dapat memastikan terjadinya proses
recharging battery selama unit operasi.
Prosedur.
Hidupkan engine dan posisikan high
idle
Gunakan AVO meter secara paralel,
ukur terminal B alternator : 27-5 – 29.5 V.
53. Battery relay
Untuk memastikan battery relay dapat
menghubungkan salah satu terminal battery dengan electrical system unit,
sehingga battery dapat menjadi power source.
54. Starting Switch
Untuk memastikan starting switch
berfungsi untuk memposisikan system unit sesuai putaran starting switch. ukur
connectivitas antar terminal sesui posisi / putaran starting switch.
55. Starting motor
Untuk memastikan starting motor
dapat bekerja dengan baik saat digunakan untuk memutar (cranking) engine.
56. Solenoid valve
Untuk memastikan solenoid valve
dapat bekerja saat Arus perintah mengalir, untuk mengalirkan atau menutup
aliran pressure oli. (tergantung type : NC atau NO)
Ukur nilai resistance solenoid saat
dingin dan dalam range temperature operasi.
Pastikan plunger atau push pin tidak
jammed. dsb
57. Sensor
Untuk mengetahui nilai resistance
atau kontak kedua terminal (sensor switch).
Ukur perubahan nilai resistance
berdasarkan perubahan pressure atau temperature.
Ukur connectivitas kedua terminal
berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb
59. Connector
Untuk mengetahui connectivitas
antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat mengalir
dan system unit dapat berfungsi normal.
Lakukan pengecheckan visual check
< kondisi connector, wiring, seal dsb
Gunakan multimeter untuk untuk
mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and female dipasang.
60. Link Pitch
Untuk mengetahui tingkat keausan
bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan bushing dan
pin masih dapat di TPB.
Prosedur
Bersihkan bushing dan link yang akan
diukur.
Ukur link pitch untuk dua pin dan
lima pin menggunakan mistar dengan posisi track link dikencangkan terlebih
dahulu (pasang ganjal antara track link dan sprocket)
61. Link Height
Untuk mengetahui tingkat keausan /
ketinggian link sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan link masih
dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan link yang akan diukur.
Ukur link height menggunakan
multi-scale
62. Shoe Grouser
Untuk mengetahui tingkat keausan /
ketinggian shoe grouser sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan shoe
masih dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan link yang akan diukur.
Ukur grouser height menggunakan
multi-scale
63. Track Roller
Untuk mengetahui tingkat keausan /
diameter track roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan track
roller masih dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan track roller yang akan
diukur.
Ukur diameter track roller
menggunakan caliper dan mistar
64. Carrier Roller
Untuk mengetahui tingkat keausan /
diameter carrier roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan
carrier roller masih dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan carrier roller yang akan
diukur.
Ukur diameter carrier roller
menggunakan caliper dan mistar
65. Track Tension
Untuk memastikan kekencangan
track link, sehingga dapat mengurangi keausan.
Prosedur
Jalankan unit maju pada tempat yang
rata dan datar.
Ukur kekencangan track roller dan
adjust sesuai standart tension
66. Front Idler
Untuk mengetahui tingkat keausan
front idler, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan front idler
masih dapat di rebuild.
Prosedur
Bersihkan front idler
Gunakan multi-scale untuk mengukur
ketinggian groove front idler.
67. Sprocket
Untuk mengetahui tingkat keausan /
ketinggian teeth sprocket, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan
pemakaian tidak menyebabkan kerusakan abnormal pada bushing.
Prosedur
Bersihkan teeth sprocket yang akan
diukur
Gunakan wear gauge untuk mengukur
tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket
68. Bushing
Untuk mengetahui tingkat keausan
bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan bushing dan
pin masih dapat di TPB.
Prosedur
Bersihkan bushing dan link yang akan
diukur dari tanah.
Gunakan caliper untuk mengukur
diameter bushing.
MACHINE TROUBLE ANALYSIS
1. Engine doesn’t start
-
Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system
-
Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
-
Cranking rpm tidak tercapai
-
Fuel tercampur air, dsb
2. Engine Low Power
-
Terjadi kebuntuan pada Air cleaner atau fuel filter
-
Injection timing tidak tepat
-
Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
-
Lingkage thottle atau Current throttle drive kurang maksimal
-
Kwalitas fuel jelek : bercampur air, minyak tanah (kerosin) atau kotoran
lainnya. dsb
3. Engine doesn't Stop
-
Shut-off solenoid valve putus
-
O-ring injector sisi fuel return bocor, sehingga masuk ke port metering.
4. Engine Black Smoke
Pada dasarnya
disebabkan perbandingan udara masuk lebih sedikit dari fuel yang diinjeksikan,
sehingga ada sebagian fuel yang tidak terbakar.
-
Air cleaner buntu
-
Turbocharger abnormal
-
Over fuelling karena keabnormalan pada control fuel system
-
Unit beroperasi pada daerah ketinggian, sehingga kerapatan udara luar relatif
lebih kecil.
5. Engine White Smoke
-
Ujung Injector pecah, sehingga tidak terjadi injection spray.
-
Injection Timing tidak tepat.
6. Engine Can't High Idle
-
Fuel control dial (potentiometer) abnormal
-
Keabnormalan pada ECM
-
Misadjustment engine speed sensor. dsb
7. Engine Knocking
-
Timing injection terlalu cepat atau lambat
-
Terjadi keausan berlebihan pada main bearing
-
Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb
8. Oil Consumption is
excessive
-
Keausan pada liner atau ring piston terlalu besar (oil up)
-
Keausan pada valve guide terlalu besar (oil down)
-
Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau seal, sehingga oli bocor ke
sisi blower atau impeller. dsb.
9. Oil is mixed in coolant
-
Terjadi keretakan pada cylinder head atau engine block pada sisi jalur air.
-
O-ring liner bocor
-
O-ring gasket cylinder head bocor.
-
Oil cooler bocor, dsb
10. Oil level rises
Oil level engine dapat naik
disebabkan adanya fuel atau air radiator yang bocor dan masuk ke dalam crank
case, hal ini dapat disebabkan oleh :
- Keausan Plunger FIP
terlalu besar, sehingga fuel bocor ke dalam case FIP
- Nozzle atau injector
pecah, sehingga fuel langsung bocor ke ruang bakar dan turun melalui ring
piston masuk ke crank case.
- O-ring return port
nozzle atau plunger bocor, dsb
- Jika level bertambah
tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil engine
bercampur air diatas. No 9.
11. Coolant Temperature rises to
high
-
Core & Fin radiator buntu
-
Air radiator kurang
-
Thermostat jammed
-
Vaccum valve (cap radiator) tidak berfungsi. dsb
-
Impeller water pump slip, atau internal leakage terlalu besar, dsb.
12. Hydraulic Low Power
-
Setting Primary valve terlalu rendah
-
Internal leakage pada main pump terlalu besar. dsb
13. Speed Boom is slow
-
Internal leakage pada boom cylinder berlebihan
-
Internal leakage pada main pump terlalu besar
14. Excessive Hydraulic Drift
-
Internal leakage pada cylinder berlebihan
-
Internal leakage pada control valve berlebihan
-
Setting secondary valve terlalu rendah. dsb
15. Travel Deviation out of standard
Pada dasarnya
disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.
Mechanical :
-
Jumlah link kedua sisi tidak sama, (salah satu sudah dipotong)
-
Track tension kedua sisi tidak sama, dsb
Hydraulic
-
Travel motor salah satu sisi abnormal (internal leakage terlalu besar)
-
Internal leakage pada rotary joint. dsb
16. Travel Speed is Slow
-
Internal leakage pada travel motor berlebihan
-
Internal leakage pada main pump berlebihan
-
Flow discharge pump terlalu kecil
-
Misadjutment travel PPC valve linkage, sehingga output pressure PPC valve terlalu
kecil.
17. The Machine Can't Swing
-
Swing pump abnormal (internal leakage terlalu besar)
-
Swing motor abnormal (internal leakage terlalu besar)
-
Swing brake jammed. dsb
18. Excessive over run when stopping
swing
-
Setting swing secondary valve terlalu rendah
19. Bullclamp can't Open/Close (
SHOVEL )
-
PPC valve bull clamp abnormal
-
Spool C/V bull clamp jammed.
-
Internal leakage pada bull-clamp cylinder terlalu besar. dsb
20. Track Tension Loose
-
Seal track adjuster bocor
-
Link pitch terlalu besar.
-
HIC piston bocor. dsb
21. Abnormal worn out at under
carriage
-
Terlalu sering travel jarak jauh
-
Medan operasi abrasive
-
Track tension terlalu kencang. dsb
22. Abnormal play at attachment
& frame
-
Pemasangan shim tidak tepat, sehingga clearance besar.
-
Grease lubricating kurang, sehingga terjadi keausan abnormal. dsb
23. Crack at attachment & frame
-
Misoperation
-
Material fatique
-
Miss maintenance. dsb
Semoga bermanfaat.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana pendapat anda?