I. TEORI
DASAR KELISTRIKAN
Gb. 1.1 Struktur Atom
Kelistrikan
mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam dunia alat–alat berat.
Listrik
menyediakan energi untuk:
·
Memutar engine pada saat starting
·
Mengoperasikan lampu-lampu
·
Mengoperasikan gauge–gauge dan aksesoris
Untuk
mengetahui lebih jauh sistem kelistrikan tersebut, bisa dimulai dengan
mempelajari teory electron. Teory ini mencakup hampir semua penjelasan–penjelasan mengenai
kelistrikan.
I.1 Teory Electron
Seperti diketahui setiap elemen terbuat dari jutaan atom.
Atom-atom tersebut terdiri dari partikel–partikel electron yang mengelilingi orbitnya dan partikel proton pada intinya.
Ada dua gaya yang bekerja pada setiap atom, pada saat
kondisi normal dua gaya ini berada dalam keadaan keseimbangan. Proton dan electron mempunyai gaya terhadap satu dan yang lainnya, lebih dan
di atas gaya gravitasi dan atau sentrifugal.
Gaya
tersebut ditentukan oleh muatan yang terdapat pada electron dan proton
dimana electron bermuatan negatip
sementara proton bermuatan positip.
Jika terdapat perbedaan muatan maka akan timbul gaya saling tarik menarik antar
atom, sementara jika atom mempunyai muatan yang sama akan saling tolak menolak.
Arah dari pergerakan elektrik yang berdasarkan muatannya disebut polaritas.
Contoh atom yang sederhana yaitu Hydrogen
yang mempunyai satu electron di
orbitnya dan satu proton di intinya.
Sementara Uranium adalah contoh element
yang sangat komplek yaitu mempunyai 92 elektron di orbitnya dan 92 proton di intinya.
Tembaga
adalah element yang banyak digunakan
dalam sistem kelistrikan, karena tembaga adalah konduktor atau penghantar
listrik yang bagus, hal ini bisa terjadi karena struktur dari atom tembaga
mempunyai 29 elektron di orbitnya dan mempunyai hanya satu electron pada lingkaran orbit terjauhnya.
Alasan
itulah yang membuat tembaga menjadi konduktor yang baik, karena hanya mempuyai
satu electron di lingkaran orbit
paling luarnya dan juga paling jauh dari intinya, sehingga atom tersebut tidak
mampu menahan elekron lebih kuat lagi dan dengan mudah melepas electron tersebut ke atom yang lainnya.
Gb.1.2 Struktur Atom Tembaga
Kesimpulan:
Atom
yang pada orbit terjauhnya mempunyai electron
kurang dari 4 disebut KONDUKTOR, sedangkan yang mempunyai electron sama dengan 4 disebut SEMIKONDUKTOR, sedangkan yang
mempunyai electron lebih dari 4
disebut ISOLATOR.
Dari penjelasan di atas bisa
ditarik suatu definisi yaitu:
![]() |
LISTRIK
ADALAH MENGALIRNYA ELEKTRON – ELEKTRON DARI ATOM KE ATOM DALAM SEBUAH KONDUKTOR
DARI NEGATIVE KE POSITIVE.
![]() |
I.2 Faktor – Faktror Kelistrikan
Ada
tiga faktor dasar kelistrikan yaitu:
1.
Tegangan (Voltage)
2.
Arus (Current)
- Tahanan (Resistance)
I.2.1. Tegangan (Voltage)
Gb. 1.3. Aliran Elektron
Disebabkan
adanya gaya dari medan electrostasticnya,
muatan electric mampu menggerakkan
muatan lainnya dengan cara menarik atau menolak yang disebut dengan tenaga
potensial.
Ketika
suatu muatan berbeda dari yang lainnya maka akan timbul perbedaan potensial
antara muatan tersebut. Nilai dari perbedaan muatan potensial tersebut di dalam
medan electrostastic dikenal dengan
nama electromotif force
(EMF). Satuan dari perbedaan itu adalah volt, untuk menghormati
penemunya Alessandro Volta seorang ilmuwan Italy. Karena volt ini digunakan
sebagai satuan perbedaan potensial maka sering disebut dengan “Voltage“.
I.2.2. Arus (Current)
Dalam
pengembangannya untuk menyelidiki hukum dari gaya antara atom yang bermuatan
seorang ilmuwan yang bernama Charles Coulomb mengadopsi sebuah satuan
pengukuran yang disebut dengan “Coulomb“. Satuan tersebut ditulis dalam notasi
ilmiah yang diekspresikan sebagai satu Coulomb = 6,28 X 10 18 proton
atau electron. Secara sederhana kita
kenal jika di dalam konduktor tembaga mengalir satu Ampere, berarti ada 6,28
juta–juta electron yang mengalir
dalam satu detik.
Intensitas
dari arus tersebut dinyatakan dalam Ampere (A).
Ada
dua cara untuk menggambarkan arus listrik yang mengalir melalui konduktor.
Pertama dengan menggunakan teori atom untuk menerangkan komposisi dari cara
ilmuwan menentukan arus sebagai pergerakan dari muatan positip di dalam
konduktor dari polaritas positip ke polaritas negatip kesimpulan ini tetap
digunakan oleh beberapa standarisasi engineer
atau teks book, beberapa contoh dipakai untuk mengukur aliran cairan, gas,
dan semi konduktor, cara ini disebut dengan “teori konvensional”.
Dalam
menemukan teori atom tersebut untuk menerangkan komposisi dari cara dan penentuan
arus yang mengalir yang berdasarkan atas aliran electron (muatan negatip) menuju ke proton atau muatan positip (berlawanan arahnya dari teori
konvensional) teori ini disebut dengan “teori electron”.
I.2.3. Tahanan (Resistance)
George
Simon Ohm menemukan bahwa pada tegangan yang tetap jumlah arus yang mengalir
melalui material tergantung dari tipe material dan ukurannya. Dengan kata lain
semua material terdapat perlawanan terhadap aliran dari electron yang disebut dengan “resistance”.
Jika perlawanan itu kecil, material tersebut dinamakan konduktor, jika
perlawanannya besar disebut insulator.
Satuan untuk
mengukur resistan tersebut diekspresikan dalam Ohm dan dilambangkan dengan
huruf Yunani “Omega”.
Dapat juga dikatakan bahwa satu
Ohm adalah gaya yang menahan tegangan arus satu Volt yang menghasilkan satu
Ampere.
Tahanan pada konduktor
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
1. Bahan
atau structure atom ditentukan oleh
berapa banyak electron bebas yang
terkandung di dalamnya. Makin banyak jumlah electron
bebasnya makin kecil nilai tahanannya.
2. Panjang
konduktornya yaitu makin panjang konduktor tersebut makin besar tahanannya.
3. Penampang
atau ukuran AWG-nya makin besar penampangnya makin kecil nilai tahanannya.
4. Temperature, pada beberapa material
konduktor makin tinggi nilai temperaturenya
makin tinggi juga nilai tahanannya.
Gb. 1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan
I.3 Konduktor
Kabel di dalam
sirkuit elektrik terdiri dari konduktor dan insulator. Pada umumnya konduktor
terbuat dari tembaga dan insolator terbuat dari plastik atau karet. Konduktor
ini terbagi dalam beberapa ukuran, dimana makin kecil diameter kabel makin
besar nilai AWG (American Wire Gauge)-nya
seperti ditunjukkan tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 AWG Tabel
I.4 Sirkuit
Di dalam sistem
kelistrikan ada tiga macam bagian penting yaitu:
- Tegangan
- Tahanan
- Konduktor
Voltmeter
adalah alat ukur untuk mengetahui tegangan potensial yang ada. Disambungkan
secara parallel. Ohmmeter adalah alat ukur untuk mengetahui tahanan dan disambung
secara parallel. Amperemeter adalah alat untuk mengukur arus yang mengalir dan
dihubungkan secara seri. Secara teori kita dapat menghitung hal tersebut di
atas dengan menggunakan rumusan hukum Ohm yaitu:
Rumusan tersebut dengan mudah
digunakan dengan memakai gambar berikut. Jadi untuk mencari nilai dari salah
satu faktor maka harus diketahui dahulu nilai dari kedua faktor yang lainnya.
Gb. 1.5 Rumusan Hukum Ohm
Sehingga rumusnya:
Latihan
|
Jawaban
|
|||
1.
|
Sebuah sirkuit mempunyai tegangan
sebesar 12 V dan tahanannya 4 Ohm berapa nilai arus yang mengalir
|
Sesuai dengan rumus, maka
I = E / R
I = 12 / 4
Jadi arusnya = 3 Ampere
|
||
2.
|
Berapa tegangan yang dibutuhkan
untuk mengalirkan arus sebanyak 5 A melalui R = 8.7 Ohm.
|
E = I x R,
maka E = 5 x
8.7
Jadi tegangannya = 43.5 Volt
|
||
3.
|
Berapa nilai tahanan jika ada
arus sebanyak 40 A mengalir dalam sirkuit yang bertegangan 12 Volt.
|
R = E / I,
maka R = 12 / 40
Jadi nilai tahanannya = 0,3 Ohm
|
Dalam teori dasar kelistrikan,
dikenal 3 kondisi sirkuit yaitu:
·
Closed Circuit (sirkuit terhubung)
Sirkuit ini
mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:
v
Sirkuitnya tersambung dari sumber dan kembali ke
sumbernya lagi.
v
Ada tahanan (load)
yang mengontrol jumlah arus yang mengalir.
·
Open Circuit
(sirkuit terbuka)
Sirkuit ini
tidak terhubung sempurna atau ada bagian yang terbuka, baik oleh switch atau oleh putusnya kabel.
·
Short Circuit (hubungan singkat)
Sirkuit ini
terjadi jika arus mengambil jalan pintas untuk kembali ke sumbernya karena ada
hubungan langsung konduktornya yang tidak melalui beban sehingga nilai arusnya
menjadi tinggi sekali karena rendahnya nilai tahanan yang menghambat arus
tersebut, maka konduktornya terbakar.
Jenis–jenis rangkaian dalam
sistem kelistrikan ada 3 yaitu:
·
Rangkaian
Seri:
Gb.
1.6 Rangkaian Seri
Beberapa load dihubungkan
menjadi satu rangkaian, sehingga arus hanya ada dalam satu rangkaian tersebut.
Ciri-ciri:
v
Nilai tahanan totalnya sama dengan jumlah
tahanannya.
v
Nilai voltage
drop-nya dari masing masing tahanan
jika dijumlahkan akan sama dengan tegangan sumbernya.
v
Nilai arus yang mengalir pada tiap–tiap
tahanannya sama.
·
Rangkaian
Parallel:
Ada lebih dari satu cabang rangkaian sehingga arus bisa mengalir ke
tiap–tiap cabang rangkaian. Tahanan terpasang secara berjajar.
Ciri–ciri:
v
Tegangan yang ada pada tiap-tiap tahanan adalah
sama.
v
Nilai arus yang mengalir pada masing–masing
tahanan, jika dijumlahkan akan sama dengan arus totalnya.
v
Nilai tahanan totalnya lebih kecil dari nilai
tahanan terkecil pada sirkuitnya.
1 1 1 1
------- = ---- + ---- + ----
Rtotal R1 R2 R3
Gb. 1.7 Rangkaian Parallel
·
Rangkaian
Seri dan Parallel
Gabungan antara
rangkaian seri dan parallel, sehingga mempunyai ciri–ciri sama dengan kedua
rangkaian di atas, hanya bedanya untuk menyelesaikan penghitungan diselesaikan
satu persatu rangkaiannya.
Gb. 1.8 Rangkaian Seri dan Paralel
I.5 Kemagnetan
Kelistrikan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemagnetan. Efek kemagnetan
diselidiki pertama kali dengan ditemukannya struktur dari besi yang mampu
menarik sepotong besi lain (lodestone).
Penyelidikan lebih jauh tentang lodestone
adalah ketika sepotong besi ditaruh di atas permukaan air maka besi tersebut
akan menunjukkan arah Utara dan Selatan, sehingga sampai sekarang dikenal bahwa
magnet mempunyai kutub Utara dan Selatan. Batang magnet ini sangat berguna
dalam kehidupan sehari–hari yaitu dalam pemakaian jarum kompas yang telah
digunakan lebih dari 1000 tahun silam dalam kehidupan manusia.
I.5.1 Medan Magnet
Jika menyelidiki
sebatang magnet, maka akan ditemukan adanya gaya yang mengelilingi magnet
tersebut. Hal ini bisa ditunjukkan dengan menaruh bubuk besi di atas kaca
dimana di bawah kaca tersebut diletakkan sebatang magnet, sehingga bubuk besi
tersebut akan mengelilingi batang magnet membentuk lingkaran gaya, seperti yang
terlihat pada gambar berikut. Pola dari serpihan bubuk besi tadi adalah medan
atau garis gaya magnet yang membentuk kutub Utara dan Selatan. Kekuatan medan
magnet tergantung pada jarak medan magnet terhadap batang magnet, makin dekat
jaraknya maka makin kuat kemagnetannya. Makin jauh jaraknya maka makin
berkurang pula kemagnetannya, hal ini disebabkan karena udara merupakan
hambatan terhadap medan magnet.
Medan magnet
tersebut membentuk gaya dari kutub Utara ke Selatan pada bagian luar batang
magnet. Pada bagian dalam batang magnet, gaya mengalir dari kutub Selatan
menuju Utara, sehingga membentuk satu lingkaran.
Gb. 1.9
Medan MagneT
Jika diadakan
percobaan pada dua batang magnet yang didekatkan, akan terlihat bahwa kutub
yang sama akan tolak menolak, sedangkan kutub yang berbeda akan tarik menarik.
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image029.gif)
Prinsip dasar teori kemangnetan:
Kutub yang senama akan tolak
menolak dan kutub yang berbeda akan tarik menarik.
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image029.gif)
Seperti halnya
dalam ilmu kelistrikan, ada material yang baik sebagai penghantar dan ada yang
kurang baik atau lemah. Begitu juga dalam ilmu kemagnetan ada material yang
baik untuk dibuat magnet, contohnya ALNICO (Almunium,
Nikel dan Cobalt), besi dan baja, sementara ada material yang kurang baik
untuk dibuat sebagai magnet yaitu kayu, gelas, kertas, tembaga dan seng.
Sebatang besi
dapat dibuat menjadi magnet dengan beragam cara. Salah satunya dengan
menggosokkan sebatang besi lain yang sudah menjadi magnet agar atom–atomnya
menjadi searah membentuk kutub Utara dan Selatan. Cara lainnya dengan
meletakkan sepotong besi di daerah yang mempunyai medan magnet cukup kuat,
sehingga garis gayanya membuat atom pada batangan besi tersebut manjadi searah
atau beraturan. Metode–metode tersebut disebut INDUKSI MAGNET.
Kesimpulan:
·
Setiap magnet mempunyai kutub Utara dan Selatan
dan medan gaya yang mengelilingi magnet tersebut.
·
Kutub yang sama tolak menolak, kutub yang tidak
sama tarik menarik.
·
Material magnet akan bereaksi jika terletak pada
medan magnet.
·
Sepotong besi biasa dapat dibuat menjadi magnet
melalui cara induksi.
I.6 Elektro Magnet
Pada percobaan
dengan menggunakan kompas yang didekatkan pada sebuah konduktor yang dialiri
listrik maka jarum kompas akan bergerak menuju ke arah konduktor dari Utara ke
Selatan. Dari percobaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jika sebuah
konduktor dialiri arus listrik maka di sekeliling konduktor tersebut akan
membentuk medan magnet. Medan magnet tersebut dapat dilihat melalui percobaan
sepotong besi yang dililit kabel dan dipasang menembus sebuah papan tipis dan
di sekelilingnya ditaburi bubuk besi. Jika kabel tersebut dialiri arus listrik,
maka bubuk besi tersebut akan membentuk garis gaya magnet.
Ciri-ciri electromagnet adalah:
·
Medan magnet akan mengelilingi sepanjang konduktornya.
·
Medan magnet mempunyai arah yang sesuai dengan
arah arus, yang dapat berubah sesuai dengan perubahan arah arus tersebut.
·
Seperti halnya magnet permanen, elektro magnet
juga mempunyai kutub Utara dan Selatan.
·
Kekuatan medan magnet bergantung pada besar
kecilnya arus yang mengalir dan juga jumlah gulungannya.
Jika suatu
gulungan dialiri arus dan di tengah gulungan tersebut diberi sepotong besi (core) maka potongan besi tersebut
menjadi magnet. Ini yang disebut induksi electromagnet.
Gb. 1.10
Induksi Electromagnet
Jika sepotong
besi digerakkan memotong medan magnet, maka apabila kedua ujung besi tersebut
diukur dengan menggunakan Voltmeter, Voltmeter akan menunjukkan tegangan yang
kecil. Tetapi jika digerakkan parallel atau searah dengan medan magnet, maka
tidak ada tegangan yang diinduksikan. Percobaan di atas menjadi teori dasar
pembangkit listrik. Induksi tegangan tersebut tidak mempunyai polaritas yang
permanen atau polaritasnya akan berubah jika arah pergerakkan konduktor
berubah.
Faktor–faktor
yang mempengaruhi tegangan induksi:
·
Kekuatan medan magnet
·
Kecepatan konduktornya memotong medan magnet
·
Jumlah lilitan atau gulungan konduktor
I.7 Alat-Alat Pengukuran Listrik
Untuk mengetahui
dan mendiagnosa masalah–masalah di dalam sistem kelistrikan, dibutuhkan
alat–alat yang sesuai dengan tipe pengukurannya. Alat–alat tersebut adalah
Voltmeter, Ammeter dan Ohm meter.
I.7.1. Volt meter
Voltmeter
digunakan untuk mengukur perbedaan potensial di dalam suatu rangkaian dengan
satuan volt. Dipasang secara parallel dengan sumber yang akan diukurnya. Di
dalam Voltmeter tersebut terdapat coil
yang sangat kecil dan sensitif, sehingga arus yang mengalir harus dibatasi.
Voltmeter ini juga menggunakan tahanan yang cukup tinggi dan dipasang secara
seri dengan coil-nya. Skala Voltmeter
ini dapat dikalibrasi untuk mendapatkan pembacaan yang akurat.
I.7.2. Ammeter
Ammeter
digunakan untuk mengukur jumlah arus yang mengalir di dalam rangkaian dengan
satuan Ampere. Ada dua tipe ammeter ini yaitu:
·
Shunt Ammeter
Dipasang secara
seri dengan beban yang akan diukur, jangan menghubungkan secara parallel karena
akan merusak alat tersebut.
Cara penggunaannya dengan memutuskan hubungan sirkuitnya dari beban yang
terpasang dan menghubungkannya dengan shunt
ammeter secara seri, sehingga terbaca arus yang mengalir ke sirkuit melalui shunt ammeter tersebut.
Gb. 1. 11 AVO
Meter
·
Tong Ammeter
/ Camp On
Metoda
pengukuran dengan cara mengukur kekuatan medan magnetnya di sekeliling
konduktor yang dialiri arus. Keuntungannya dengan memakai alat ini adalah
pengukuran arus dapat dilakukan tanpa memutuskan rangkaiannya, yaitu dengan
cara menjepitkan tong ammeter ini ke
konduktor maka arus yang mengalir akan terbaca seakurat shunt ammeter.
I.7.3 Ohm meter
Ohmmeter digunakan untuk mengukur nilai tahanan di dalam rangkaian.
Ohmmeter tersebut mempunyai suplai arus sendiri yaitu dari battery kering, dihubungkan secara parallel dengan beban yang akan
diukur.
Jangan
menghubungkan Ohmmeter ini dengan beban yang mempunyai arus/tegangan, dan
selalu mematikan switch-nya jika
tidak dipakai.
I.8 Komponen-Komponen Elektronik Dan Listrik
Selama ini
dikenal cukup banyak komponen–komponen elektronik, tetapi tidak akan dibahas
secara keseluruhan. Secara garis besar komponen–komponen tersebut dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
·
Komponen
pasif
Komponen–komponen
pasif adalah komponen yang tidak mengolah arus dan tegangan, melainkan hanya
menaikkan/menurunkan arus dan tegangan yang melaluinya. Contoh komponen pasif
adalah resistor, capasitor dan transformer.
·
Komponen
aktif
Komponen–komponen
aktif adalah komponen yang mengolah arus dan tegangan yang melaluinya. Contoh
komponen aktif adalah diode dan trasnsistor.
v
Diode
Cara kerja
komponen: Jika anoda-nya lebih
positip dibandingkan dengan katodanya
maka arus akan mengalir (conduct)
dari anoda ke katoda atau forward biased, tetapi jika kebalikannya atau reverse biased maka arus tidak bisa
mengalir. Diode ini dibuat dari bahan
semikonduktor jenis P dan digabungkan dengan semikonduktor jenis N, sehingga
terbentuklah “depletion layer”. Untuk
melewati depletion layer tersebut
diperlukan tegangan perintang, yang besarnya tergantung dari material diode-nya (jika dibuat dari Silicon
tegangan jatuhnya 600 mV, sementara Germanium 100 mV).
Gb. 1.12 Diode
v
Transistor
Ada dua macam
tipe transistor yaitu: Bipolar Transistor dan Field Effect Transistor. Transistor
yang banyak dipakai oleh komponen–komponen elektronik Caterpillar adalah transistor tipe bipolar, jadi pembahasan dititik beratkan pada tipe bipolar tersebut.
Transistor terbuat dari tiga buah
semikondukor yang dipasang bersusun. Ada dua cara penyusunan semikonduktornya
secara berseling. Yaitu jika semikonduktornya yang di tengah adalah jenis P,
sedang yang mengapitnya adalah semikonduktor jenis N, maka transistornya disebut tipe NPN. Tetapi jika semikonduktornya yang
di tengah jenis N, sedang yang mengapitnya semikonduktor jenis P, maka transistornya disebut tipe PNP.
Cara kerjanya transistor adalah:
·
Tipe NPN, jika base-nya diberi arus positip yang kecil, maka arus negatip yang
besar dari collector mengalir menuju emitter. Sedangkan jika arus positipnya
berubah menjadi negatip maka arusnya akan berhenti mengalir.
·
Tipe PNP, jika base-nya diberi arus negatip yang kecil, maka arus positip akan
mengalir dari emitter ke collector. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar di bawah ini.
Gb. 1.13 Transistor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana pendapat anda?